Saya bukan yogini. Tapi saya suka yoga dan mencoba untuk tetap beryoga saat hamil. Beruntungnya saya kenal seorang guru yoga yang mengkhususkan dirinya untuk mengajar prenatal yoga, mom & baby yoga, dan juga yoga for children with special needs. Dengan beliau, saya mengikuti kelas prenatal yoga yang diadakan seminggu sekali. Tapi karena yoga nya diadakan pagi-pagi di hari kerja, kadang-kadang ada komitmen di kantor yang tidak bisa saya tinggalkan dan akhirnya saya jadi tidak ikut kelas yoganya.
1. Durasinya tidak terlalu lama - 15 menitan cukup lah, lah wong kadang kadang waktu sempatnya cuma pagi-pagi sebelum sarapan itupun kalau suami dan anak belum bangun. Belum lagi kalau lama-lama suka kumat penyakit akutnya - MALES 😝
2. Tempat yang digunakan di rumah/kamar, pokoknya bukan di studio. Apalagi kalau yang dipraktekkan pake alat-alat yang tidak bisa ditemukan di rumah, lebih baik dilewatkan saja deh.
3. Instruktur juga sedang hamil dan kalau bisa di umur kehamilan yang sama (baca : hamil tua) karena dengan begitu dia paham betul apakah gerakannya bisa diikuti oleh ibu hamil atau tidak.
4. Suara yang jelas. Yoga merupakan olahraga pribadi yang sangat bergantung pada kemampuan diri sendiri (dalam hal ini fisik ya). Jadi kita sendiri harus bisa merasakan apakah postur tersebut sudah maksimal sesuai dengan kemampuan kita. Oia, sejauh ini video-video prenatal yoga yang saya temui adalah berbahasa inggris jadi pastikan juga kita memahami aksennya dengan baik dan benar.
Berdasarkan kriteria tersebut, akhirnya saya menemukan video prenatal yoga yang cocok untuk saya. Ditambah lagi, instruktur memberikan afirmasi-afirmasi positif saat kita melakukan gerakan yoga. Yaaa hitung-hitung sekalian hypnobirthing lah. Salah satu keuntungan olahraga ini di tengah kesibukan sehari-hari saya adalah suasana fokus untuk bisa 'berkomunikasi' dengan si calon bayi.
Saat kehamilan semakin besar, kebutuhan tubuh untuk olahraga juga makin tinggi. Kebayang kan membawa sekitar 7kg yang hampir semuanya berpusat di area perut. Otot-otot di bagian punggung, kaki, semua sedang mengalami 'penyiksaan'. Jadi kayaknya harus memaksakan diri untuk olahraga sendiri di rumah nih.
Pengalaman dari anak pertama, browsing video prenatal yoga di saluran youtube tuh bisa overwhelming. Semua video mengaku sebagai yoga 'cocok' untuk ibu hamil. Akhirnya mau tidak mau saya harus menentukan kriteria video prenatal yoga seperti apa yang saya cari :
1. Durasinya tidak terlalu lama - 15 menitan cukup lah, lah wong kadang kadang waktu sempatnya cuma pagi-pagi sebelum sarapan itupun kalau suami dan anak belum bangun. Belum lagi kalau lama-lama suka kumat penyakit akutnya - MALES 😝
2. Tempat yang digunakan di rumah/kamar, pokoknya bukan di studio. Apalagi kalau yang dipraktekkan pake alat-alat yang tidak bisa ditemukan di rumah, lebih baik dilewatkan saja deh.
3. Instruktur juga sedang hamil dan kalau bisa di umur kehamilan yang sama (baca : hamil tua) karena dengan begitu dia paham betul apakah gerakannya bisa diikuti oleh ibu hamil atau tidak.
4. Suara yang jelas. Yoga merupakan olahraga pribadi yang sangat bergantung pada kemampuan diri sendiri (dalam hal ini fisik ya). Jadi kita sendiri harus bisa merasakan apakah postur tersebut sudah maksimal sesuai dengan kemampuan kita. Oia, sejauh ini video-video prenatal yoga yang saya temui adalah berbahasa inggris jadi pastikan juga kita memahami aksennya dengan baik dan benar.
Berdasarkan kriteria tersebut, akhirnya saya menemukan video prenatal yoga yang cocok untuk saya. Ditambah lagi, instruktur memberikan afirmasi-afirmasi positif saat kita melakukan gerakan yoga. Yaaa hitung-hitung sekalian hypnobirthing lah. Salah satu keuntungan olahraga ini di tengah kesibukan sehari-hari saya adalah suasana fokus untuk bisa 'berkomunikasi' dengan si calon bayi.
Comments